Menelusuri Kota Bersama Ahli Cityscape, Kohki Yamaguchi
Kohki Yamaguchi (@kohki) meraih kepopuleran berkat karya fotografinya yang memukau. Ia juga merupakan pendiri @Discovertokyo , sebuah komunitas fotografi yang berbasis di Tokyo. Kohki menuntut ilmu di University of Sydney dan lulus di tahun 2017 dengan meraih gelar ganda BA dalam Critical Thinking dan Visual Arts, dan sejak itu hingga kini, ia menjadi fotografer lepas di Tokyo untuk berbagai merek besar.
Melalui akun Instagramnya, Kohki memupuk dan menyempurnakan kecintaannya akan fotografi lingkup perkotaan (cityscape) dengan subjek utama kota Tokyo. Baginya, Tokyo adalah salah satu kota terbaik di dunia dengan variasi yang kaya dan berbagai wilayah yang beragam bentuk dan rupa, menjadikannya destinasi yang ideal untuk fotografi cityscape.
Pemandangan Kota yang Lebih Indah dengan Sony Alpha
Menurut Kohki, dengan Alpha 7R III dan lensa prime favoritnya, ia dapat memotret Tokyo dengan lebih baik. “Saya suka menggunakan lensa prime, jadi sebagian besar lensa yang saya miliki adalah jenis ini. Untuk memotret cityscape, saya memilih untuk menggunakan lensa Sony FE 14mm F1.8 GM, Distagon T* FE 35mm F1.4 ZA dan Sonnar T* FE 55mm F1.8 ZA.”
Kohki kerap membawa lensa klasik FE 16-35mm F2.8 GM untuk merekam film. Akan tetapi, karena dia tak mungkin membawa semua lensa hebat ini dalam sekali jalan, ia biasanya membawa lensa FE 85mm F1.4 GM atau FE 70-200mm F2.8 GM OSS, yang sama-sama bagus untuk memotret atau merekam video.
Belakangan ini, Kohki sedang suka menggunakan lensa Sonnar T* FE 55mm F1.8 ZA, karena lensa ini tidak hanya bekerja baik untuk fotografi landscape, tapi juga untuk berbagai genre lainnya, termasuk potret. “Saya membawa lensa Sonnar T* FE 55mm F1.8 ZA dalam 99% dari pemotretan yang saya lakukan, apapun objeknya. Lensa ini berukuran kecil dan ringan, tapi memiliki resolusi sempurna dan kemampuan luar biasa, menjadikannya lensa andalan untuk pemotretan.”
Untuk kamera, Kohki mempercayakan seri Alpha untuk menangkap visi dan mengabadikan petualangannya. Dengan fitur image processing yang lebih baik, kinerja autofokus yang mulus, dan kenyamanan bahkan dalam alur kerja yang sulit, Alpha adalah kamera fenomenal untuk memotret di luar ruangan.
“Semua kamera Sony Alpha sangat baik untuk memotret landscape. Saya biasanya menggunakan Alpha 7R III dan saya juga pernah mencoba Alpha 1 – keduanya memiliki rentang dinamis terbaik sehingga sempurna untuk fotografi cityscape. Jika Anda ingin mengambil gambar yang memukau atau berencana mencetak hasil karya Anda di kemudian hari, saya sarankan Anda menggunakan Alpha 7R Series atau Alpha,” imbuh Kohki.
Foto cityscape biasanya menangkap pemandangan kota yang luas dengan detail halus dari setiap struktur di dalamnya, sehingga menurut Kohki kamera Alpha dengan sensor lebarnya sangat ideal untuk fotografi cityscape. Alpha 1, khususnya, memiliki sensor 50-megapiksel yang amat menarik bagi fotografer. Artinya, pencetakan dalam skala besar tidak akan mengurangi kualitas gambar. Karena foto cityscape biasanya penuh dengan detail, Alpha 1 adalah alat yang ideal untuk genre fotografi ini.
“Dengan sensor 50 MP, kamera ini menghasilkan gambar yang dapat saya potong untuk keperluan media sosial, tanpa mengurangi mutu gambar tersebut. Hasil potongannya akan tetap berukuran besar dan jelas, sesuai dengan keinginan saya. Kamera ini juga memungkinkan saya membuat gambar berorientasi vertikal dari sebuah foto horizontal,” tambahnya lagi.
Dari Filter ke Teknologi
Untuk mendapatkan gambar langit yang mulus, Kohki akan menggunakan tripod dengan filter VND (variable non-density) di siang hari untuk menghasilkan gambar cityscape dengan tampilan tenang yang khas. Dengan filter ini, ia dapat mengurangi kecepatan shutter, sehingga foto yang dihasilkan akan menampilkan pemandangan alam yang tenang, mirip dengan hasil goresan kuas pada lukisan beraliran impresionis. Sebaliknya, untuk mendapatkan gambar yang lebih tajam dengan sorotan yang bercahaya di sana sini, Kohki menggunakan filter pro-mist, karena filter ini membantu menghilangkan tepian gambar.
Sebagai seorang yang lahir dan besar di era digital, Kohki selalu menggunakan sumber daya online untuk senantiasa meningkatkan keterampilan seninya. “Saya kerap menggunakan Google Earth untuk melihat dan meriset sebuah lokasi, tata letak bangunan dan lapisan-lapisan visual, sebelum melakukan pemotretan. Dengan cara ini, saya dapat membayangkan seperti apa gambar yang akan dihasilkan, serta titik ideal untuk mengambil gambar. Setelah proses pemotretan selesai, saya akan menyempurnakan dan memproses gambar-gambar yang saya hasilkan dengan Adobe Lightroom dan Photoshop.”
Mengenai Wisatawan dan Pemilihan Waktu
Terkait memotret di tempat tujuan wisata populer, Kohki punya solusi sempurna. “Ketika saya ingin mengambil foto yang bersih di sebuah lokasi wisata, saya berinisiatif pergi pagi-pagi sekali sebelum wisatawan mulai berdatangan.” Ia kerap membandingkan foto karyanya dengan hasil karya fotografer lain; dan bahkan menantang dirinya sendiri untuk memotret di lokasi-lokasi yang belum pernah digunakan fotografer lainnya, atau pada jam-jam yang cenderung dihindari fotografer lain. Dengan cara ini, Kohki menemukan bahwa ia bisa menguji dirinya sendiri serta menciptakan foto-foto yang baru, unik, dan mengagumkan.
Bagi Kohki, fotografi adalah perihal pemilihan waktu. Fotografi adalah tentang mendapatkan waktu yang tepat dalam satu musim, khususnya ketika Anda ingin memotret bunga musiman atau acara tertentu. Kebijakan daylight savings, Hari Bumi atau pemeliharaan lampu kota menjadi penghalang bagi Kohki, karena memotret di waktu-waktu ini akan menghasilkan foto dengan pencahayaan redup. Ketika hendak memotret cityscape, khususnya di malam hari, ia menyarankan agar pertama-tama pastikan lampu kota dinyalakan sebelum mulai memotret. Memeriksa indeks kabut juga amat penting, khususnya untuk wisatawan yang hanya memiliki waktu terbatas untuk menangkap momen tertentu. Hal-hal ini dapat mendukung atau sebaliknya merusak sebuah foto.
Pencahayaan dan Pengaturan
Dengan menggunakan aplikasi, Kohki dapat secara akurat memprediksi arah matahari pada waktu tertentu dalam satu hari – ini dilakukan untuk mengatur pencahayaan untuk memotret cityscape di siang hari. Di malam hari, ia lebih suka memotret di bawah bulan yang baru terbit untuk menghindari pantulan cahaya bulan atau paparan cahaya lainnya. Selain itu, Kohki akan menjauh dari lokasi di mana terdapat lebih banyak polusi cahaya, seperti di daerah perkotaan.
Foto cityscape karya Kohki diambil secara raw dengan profil warna standar, kebalikan dari prasetel gaya yang mungkin hadir sebagai fitur sebuah kamera, karena ia merasa puas dengan sains warna dari kamera Alpha. “Saat memotret cityscape dan landscape, saya tidak ingin terburu-buru. Pemotretan tunggal memungkinkan saya untuk melakukannya dengan perlahan dan memikirkan baik-baik setiap bidikan yang saya ambil. Untuk pemotretan seperti ini, saya pikir kita perlu melangkah mundur dan melakukannya dengan perlahan,” jelasnya.
Kohki mengatur ISO kamera pada setelan serendah mungkin (100-400), aperture pada F8 atau bahkan F11 untuk foto landscape, sementara kecepatan shutter sama dengan panjang fokus atau sampai dengan dua kali panjang fokus.
“Saya berusaha sebaik-baiknya untuk memastikan bahwa semua foto saya membawa satu tema yang sama dan pas dengan palet warnanya. Untuk itu, saya fokus pada hanya beberapa warna alih-alih menghasilkan foto dengan berbagai variasi. Dengan cara ini, saya mengatur nada warna keseluruhan untuk foto-foto saya,” papar Kohki. “Terkadang saya menambahkan warna biru untuk bayangan dan highlight untuk menghasilkan nada warna yang lebih dingin. Ini akan menghasilkan foto dengan tampilan minimal dan monoton, tanpa perlu bersusah payah,” tegasnya.
Semua ini tentu ada kekurangannya, karena Kohki jadi memiliki pilihan yang terbatas untuk membuat post secara tematik, dan seringkali ia harus menyingkirkan foto yang tidak sesuai dari sisi estetika dan keseimbangan nada warna.
Seorang fotografer dapat menangkap cityscape dari berbagai sudut pandang—baik dari tengah jalan atau dari atap gedung tertinggi. Hal yang utama adalah kreativitas untuk menentukan bagaimana mereka ingin menyajikan keajaiban buatan tangan manusia yang terhampar di depan mereka. Meskipun kamera, lensa, dan komposisi memainkan peran penting dalam hasil akhir, gaya unik fotograferlah yang pada akhirnya akan menonjol.